Jika kita berbicara tentang marketing sekolah, maka kita bicara tentang proses apalagi tentang branding sekolah.
Membangun reputasi atau citra sekolah membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai terbentuk dan terbangun reputasi.
Ini adalah hasil dari proses yang dilakukan terus-menerus (continuous) dan secara langgeng (baca: istiqomah).
Seperti halnya branding sekolah, marketing sekolah memang bisa dibuat dengan jangka panjang atau pun jangka pendek.
Namun, setiap pilihan jangka tersebut memiliki pendekatan yang berbeda satu-sama lainnya.
Dari awal saya mengenal konsep marketing sekolah kemudian dikuatkan oleh Philip Kotler di bukunya Strategic Marketing for Institutional Education bertujuan bukan hanya tentang admisi atau pemenuhan target PPDB.
Namun, marketing sekolah sejatinya adalah proses dan salah satu bentuk upaya untuk membantu sekolah mencapai tujuannya.
Proses marketing tidak hanya dimulai dari membidik sasaran calon walimurid, atau murid itu sendiri. Namun, lebih kepada bagaimana layanan pendidikan itu dirancang, direncanakan, dibuat sesuai dengan kebutuhan audiens atau target market untuk memecahkan masalah pendidikan yang mereka alami.
Jika anda sedang merancang strategi marketing jangka pendek pun, ada proses yang tidak instant bisa dilakukan seperti sim-sala-bim.
Kita akan bedah kasus sedikit untuk strategi marketing jangka pendek ini. Contohnya adalah strategi marketing saat liburan sekolah. Artinya strategi ini dilakukan dan dieksekusi hanya pada periode liburan sekolah. Targetnya adalah penambahan pendaftar sebanyak 5 calon peserta didik baru.
Untuk mencapai target 5 calon peserta didik ini maka perlu dilakukan perancangan, contoh:
1. Menetapkan Tujuan Utama
Kita menetapkan tujuan utama dari strategi jangka pendek ini yaitu:
Mendapatkan 5 calon peserta didik yang melakukan pembayaran LUNAS sebelum tanggal 1 Juli 2024
2. Menetapkan Tujuan Pendukung
Dar tujuan utama di atas, kita perlu mem-breakdown, mencacah-cacah tujuan utama tersebut menjadi tujuan pendukung yang relevan.
Artinya, jika tujuan pendukung ini tercapai, maka harusnya tujuan utama di atas juga tercapai. Contoh:
- Merancang dan membuat konten di media sosial dengan target engagement sebanyak 1000 follower dan non follower terjangkau dengan detil 1 konten reels/hari dan ada konten interaktif (kuis atau tanya jawab) di tiap pekan. Jumlah konten yang harus disiapkan tiap minggu = 7 konten. (tiap hari Senin selesai dibuat dan Sabtu diadakan evaluasi konten berdasarkan hasil interaksi)
- Membuat kegiatan parenting virtual saat liburan dengan target peserta non walimurid internal sebanyak 100 orang (50 pasutri) (minggu ke 2 Juni terlaksana)
- Mengunjungi 10 komunitas sekitar sekolah dengan anggota komunitas minimal 50 anggota dan melakukan audiensi atau presentasi program sekolah di komunitas tersebut (sebelum minggu ke 3 Juni)
- Mendapatkan data calon walimurid baru potensial sebanyak 50 data minimal berisi nama, email dan no HP.
- Melakukan follow up dengan telp pada 50 data tersebut setiap hari minimal 5 nama terhubungi (via telp) dalam waktu 1 hari
Bisa anda lihat, bahwa tujuan pendukung ini terhubung dengan target utama bukan?
4. Melakukan Evaluasi Proses
Setelah tujuan pendukung dan aktivitasnya dilakukan, maka dalam proses diadakan evaluasi.
Contoh: Setiap 2 hari dilakukan monitoring media sosial untuk melihat interaksi dan jangkauan dari konten yang dibuat.
Setelah dilakukan acara parenting online, dilakukan evaluasi kegiatan sekaligus target jumlah data yang berhasil direkam.
5. Melakukan Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil ini yang dimaksud adalah evaluasi dari keseluruhan strategi marketing yang telah dijalankan.
Jadi, evaluasi hasil ini dilakukan setelah liburan sekolah selesai misalnya.
Kita bisa melihat aktivitas apa yang memberikan dampak besar, mana yang memberikan dampak kecil, mana yang tidak memberikan dampak sama sekali.
Jika anda perhatikan, 5 langkah sederhana ini saja sudah membutuhkan sumber daya dan waktu yang tidak sedikit.
Tidak bisa dilakukan dalam waktu 1 atau 2 hari bukan?
Ini juga tidak bisa dilakukan oleh satu orang saja. Namun ini pekerjaan tim beserta pimpinan tim yang mengarahkan dan mendukung.
Nah, bagaimana menurut anda? Sepakatkah anda bahwa marketing sekolah ini bukanlah proses yang instant secepat membuat mie instant favorit?